Minggu, 09 Agustus 2009

(BAB II) Bisnis dan Etika

Sebagian besar pendapat mengatakan bahwa bisnis dengan moral tidak ada hubungannya sama sekali, etika sangat bertentantangan dengan bisnis dan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis, karenanya pelaku bisnis tidak diwajibkan mentaati norma, nilai moral, dan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan bisnis perusahaan. Hal ini yang menyebabkan pendapat diatas belum tentu benar, bahkan sebagian besar pendapat lain mengatakan bahwa bisnis dengan moralitas memiliki hubungan yang sangat erat, etika harus dipraktekkan langsung dengan kegiatan bisnis dan membuat perusahaan bisa bersaing secara sehat karena memegang komitmen, prinsip yang terpercaya terhadap kode etis, norma, nilai moral, dan aturan-aturan yang dianggap baik dan berlaku dalam lingkungan bisnis perusahaan. Sebelum bisnis dijalankan, perusahaan – perusahaan wajib memenuhi persyaratan secara legal sesuai dengan dasar hukum dan aturan yang berlaku, tetapi apakah bisnis dapat diterima secara moral.

Persaingan dunia bisnis yang modern saat ini, perusahaan telekomunikasi dapat mengutamakan etika bisnis, yaitu : pelaku bisnis di tuntut menjadi orang yang profesional di bidang usahanya (dalam hal ini bidang yang profesional ialah bidang telekomunikasi) yang meliputi kinerja dalam bisnis, manajemen, kondisi keuangan perusahaan, kinerja etis dan etos bisnis yang baik. Perusahaan dapat mengetahui bahwa konsumen adalah raja, dengan ini pihak perusahaan dapat menjaga kepercayaan konsumen, meneliti lebih lanjut lagi terhadap selera dan kemauan konsumen serta menunjukkan citra (image) bisnis yang etis dan baik. Peran pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan kewajiban bagi semua pihak yang ada dalam pasar terbuka, dengan ini perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis. Perusahaan modern menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang harus di eksploitasi demi mencapai keuntungan perusahaan. Selain men=mperhatikan keutamaan etika bisnis, sasaran dan lingkup etika bisnis juga harus diperhatikan, seperti : Tujuan perusahaan melakukan bisnis adalah untuk mengajak pelaku bisnis agar dapat menjalankan bisnisnya sesuai dengan etika dan bisnis yang baik. Menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, kaaryawan, dan pelaku bisnis akan kepentingan dan hak mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga. Etika bisnis juga membicarakan system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya bisnis dijalankan.

Perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi memiliki [rinsip-prinsip etika bisnis, yaitu : Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan yang harus dipilih untuk dilakukan agar menjadi suatu keputusan yang baik. Orang yang berotonom adalah orang yang memiliki konsekuensi yang tinggi, bertanggung jawab atas keputusannya yang telah diambil. Prinsip kejujuran, prinsip ini membicarakan kejujuran dalam hubungan bisnis antara perusahaan telekomunikasi satu dengan perusahaan lain, kejujuran dalam menawarkan produk telekomunikasi berupa barang (HP beserta sim cardnya) maupun jasa (layanan perbaikan HP dan sim cardnya) dengan kualitas mutu dan harga yang sebanding, kejujuran dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian dan kontrak bisnis. prinsip keadilan, menuntut agar setiap pelaku bisnis secara bersama-sama dapat menjalankan bisnisnya secara adil dengan kinerja yang rasional, objektif, sesuai aturan yang dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip saling menguntungkan menuntut agar bisnis yang dijalankan dapat menguntungkan semua pihak baik pelaku bisnis maupun perusahaan telekomunikasi yang mengadakan etika bisnis. prinsip integritas moral, dituntut oleh pelaku bisnis dan perusahaan agar dalam menjalankan bisnisnya dapat menjaga citra (image), nama baik perusahaan dan prinsip ini harus dihayati secara internal.

Ada tiga pandangan umumyang dianut dalam etika bisnis, yaitu : Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat, dan tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali (De George menyebutkan sebagai dengan “immoralis naïf ”). Pandangan diatas sama sekali tidak benar, pelaku bisnis perlu memetakan hubungan – hubungan yang terjalin, memiliki pendekatan stakeholder, maksudnya ialah cara mengamati dan menganalisa bagaimana berbagai unsur akan dipengaruhi dan juga memperngaruhi keputusan bisnis. pendekatan stakeholder dalam kegiatan bisnis umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang mempunyai kepentingan terkait, dan terlibat dalam bisnis itu. Kelompok stakeholder ini terdiri atas kelompok primer, dan kleompok sekunder. Kelompok primer, yang terdiri dari : pemilik modal atau saham, kreditor karyawan, pemasok, penyalur, konsumen, dan pesaing. Perusahaan harus mampu menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok ini. Kelompok sekunder yang terdiri dari : pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, dan masyarakat.